Awal Mula Terjadinya Perang Dingin

Berakhirnya perang dunia ke 2, meninggalkan kehancuran yang begitu parah di berbagai belahan dunia. Berbagai kota-kota besar berubah menjadi puing-puing,  infrastruktur pun hancur total dan terjadi bencana kelaparan dimana-mana. Tidak pernah dalam sejarah manusia, kita mengalami bencana lebih parah dibandingkan perang dunia ke 2. Jika demikian, mungkin banyak dari kita yang bertanya mengapa dunia bisa bangkit kembali dari keterpurukan perang dan apa yang menjadi pendorong utama dari kebangkitan ini.

Pasca perang dunia ke 2, terdapat sebuah kebijakan yang mampu merubah sebuah kehancuran menjadi kemajuan yang begitu pesat. Kebijakan itu adalah European Recovery Program atau yang lebih dikenal dengan Marshall Plan. Juli 1944 Mount Washington Hotel, Bretton Woods Amerika Serikat, terlihat begitu banyak perwakilan dari negara-negara sekutu, menghadiri sebuah pertemuan yang akan merubah sejarah keuangan dari dunia modern.

Pertemuan tersebut didasari akan sebuah keyakinan, keyakinan bahwa sekutu akan tampil sebagai pemenang dan oleh karena itu mereka berusaha mendiskusikan bagaimana cara mengatur dunia pasca perang tersebut. Dalam pertemuan itu, ada beberapa persetujuan yang berhasil dicapai seperti memilih dollar Amerika sebagai mata uang dunia untuk menggantikan standard emas yang sebelumnya digunakan oleh berbagai negara.

Kedua adalah membentuk organisasi IMF yang bertujuan menjamin stabilitas dari nilai tukar dan arus keuangan global. Yang ketiga adalah membentuk organisasi IBRD yang bertujuan mempercepat pembangunan pasca perang dan meningkatkan pembangunan ekonomi khususnya memberi pinjaman untuk membangun infrastruktur. IBRD adalah bagian dari World Bank, meskipun IMF dan World Bank berbeda, namun tujuan pendiriannya sebenarnya sama yaitu menjaga sistem perekonomian dunia dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti perang dagang atau Hyper Inflasi.

7 Mei 1945, Jerman menyerah tanpa syarat kepada sekutu, hal ini mengakhiri perang dunia ke 2 di Eropa. Sekalipun demikian, perang tersebut menyebabkan kehancuran yang sangat parah, oleh karenanya Eropa membutuhkan dana yang begitu besar untuk membangun kembali negara-negaranya. Mereka juga membutuhkan bantuan seperti pangan dan keamanan guna memenuhi kebutuhan dari masyarakatnya. Beberapa negara seperti Jerman bahkan membutuhkan tenaga kerja karena mereka kehilangan banyak orang saat perang.

Rencana Negara-Negara Sekutu Setelah Perang Dunia Usai

Negara-negara sekutu seperti Soviet, Inggris dan Amerika harus memikirkan langkah selanjutnya untuk Eropa yang sudah hancur lebur akibat perang tersebut. Mereka juga ingin memastikan agar kejadian seperti perjanjian Versailles yang terjadi pasca perang dunia pertama tidak terjadi kembali. Negara kapitalis seperti Amerika dan Inggris ingin membuat sistem perekonomian baru bagi dunia sesuai dengan sistem Bretton Woods. Mereka ingin membangun kembali Eropa seperti sebelumnya dan menjadikan Jerman sebagai salah satu pemain utama dalam pembangunan tersebut.

Namun apa yang mereka inginkan tentu tidak sama dengan apa yang diinginkan oleh Uni Soviet yang menginginkan agar Jerman tetap lemah. Perbedaan pandangan antar dua kekuatan besar baik secara langsung maupun tidak langsung akan menyebabkan terjadinya blokade Berlin. Kebijakan geopolitik ini sebenarnya tidak mengherankan karena jika kita melihat dari sejarahnya, Rusia selalu diserang atau setidaknya mendapatkan intervensi asing.

Joseph Stalin menginginkan agar kondisi negaranya menjadi lebih aman, ia melakukannya dengan cara mendirikan berbagai negara satelit di sekitar perbatasan wilayahnya. Negara-negara tersebut dibuat untuk menjadi lapisan pelindung atau Buffer Zone sehingga negara yang ingin menyerang Uni Soviet harus melewati lapisan pelindung terlebih dahulu sebelum mencapai wilayah inti dari Uni Soviet.

Pasca perang dunia ke, Uni Soviet menguasai wilayah Jerman khusunya di wilayah timur. Ia enggan melepaskan wilayah tersebut, baik Amerika maupun Inggris juga tidak dapat menolak keinginan dari Uni Soviet. Karena setelah berakhirnya perang dunia ke 2, Soviet memiliki kekuatan dan pengaruh yang cukup besar, Amerika dan Uni Soviet memiliki perbedaan pandangan dan kepentingan, hal ini juga diperparah oleh kekuatan militer dan kemajuan teknologi yang dimilikinya.

Berbagai perbedaan itulah yang cepat atau lambat memicu terjadinya perang dingin. Sebuah istilah yang kita gunakan untuk menggambarkan bagaimana ketegangan yang terjadi diantara Amerika dan sekutunya, melawan pengaruh dari Uni Soviet dan sekutunya. Sekalipun demikian, kedua negara itu tidak pernah terlibat dalam perang secara langsung karena keduanya khawatir akan terjadinya perang nuklir. Mereka berusaha memperebutkan pengaruh dan dukungan dari negara-negara di dunia termasuk dengan menjalankan Proxy War.

Misalkan Amerika memberikan dukungan dana bagi pemerintah di suatu negara, dan Uni Soviet akan mendukung kelompok oposisi dari negara tersebut. Salah satu medan perang terpenting dari perang dingin adalah benua Eropa dimana kedua negara adidaya memperebutkan pengaruh dan juga dukungan dari negar di Eropa yang secara kebudayaan dan teknologinya relatif lebih maju dibandingkan benua lainnya.

Salah satu konflik ini terjadi ketika United Nation atau PBB memulai bantuan internasional dengan UNRRA. Dilaksanakannya UNRRA terbentur dari Uni Soviet yang memiliki caranya tersendiri untuk membangun kembali benua Eropa. Uni Soviet yang negaranya juga hancur akibat perang dunia ke 2 ingin mengambil kesempatan dari negara-negara lemah terutama Jerman timur yang mesin-mesin industrinya segera dijarah.

Uni Soviet ingin Jerman tetap lemah, Soviet setuju untuk mengikuti UNRRA dengan syarat PBB mengikut sertakan Ukraina dan Belarusia sebagai penerima bantuan. Karena hal tersebut, Uni Soviet kurang berperan dalam program UNRRA sekalipun ia berstatus sebagai donatur. Tanpa keikut sertaan Uni Soviet, Amerika yang stasusnya sebagai donatur terpaksa memberikan lebih banyak bantuan finansial bagi UNRRA.

Selain persaingan antar 2 kekuatan besar, terjadinya bencana alam juga memperburuk keadaan seperti bencana musim dingin tahun 1946-1947 yang mengancam persediaan komoditas pertanian dan dapat memicu bencana kelaparan di benua Eropa. Amerika sendiri dangat khawatir jika negara-negara Eropa terkena pengaruh komunisme, oleh karenanya presiden Truman merespons tantangan komunisme dengan menyusun kebijakan ERP. Tujuan utama program ini adalah memberikan bantuan selama 4 tahun dengan nilai total 13 milliar US Dollar untuk membantu negara-negara eropa dalam segi material dan finansial.